TEKNIK LAS PATRI (Teknik Fabrikasi Logam)
Teknik Patri
Terdapat banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memilih proses penyambungan logam meliputi : kekuatan dan keawetan, karakter
fisik komponen yang akan digabungkan, bentuk sambungan, dan tingkat produksi
yang diinginkan. Pematrian ialah suatu metode penyambungan bahan logam di bawah
pengaruh panas dengan pertolongan bahan tambah logam atau campuran logam. Bahan
tambah (biasa disebut patri) merupakan bahan logam atau campuran logam yang
mudah melebur karena mempunyai titik lebur di bawah titik lebur bahan logam
yang akan disambungkan.
Gambar 9.1. Teknik Pematrian
Seperti ditunjukkan pada tabel di atas, terdapat beberapa
metode yang digunakan untuk melakukan penyambungan logam, yaitu: sambungan
mekanis (contohnya: baut, rivet), sambungan adhesif, pengelasan, dan pematrian
(patri lunak dan patri keras). Semua metode di atas masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Pematrian (pematrian keras) atau pengelasan cocok digunakan
pada penyambungan logam apabila kekuatan dan keawetan sambungan menjadi
pertimbangan utama. Apabila kekuatan sambungan tidak begitu dipentingkan, atau
sambungan yang dibutuhkan tidak bersifat permanen, maka pematrian lunak,
sambungan adhesif atau sambungan mekanis merupakan pilihan yang lebih cocok.
Bahan logam yang akan disambungkan tidak ikut melebur,
melainkan hanya terjaring oleh bahan patri yang meleleh. Sambungan bahan logam
terjadi akibat lekatan erat (ikatan) patri pada bidang sambungan, yang tidak
dapat dilepaskan tanpa dipanaskan ulang atau dirusak. Pembentukan oksida yang
mengganggu pada bidang pematrian dapat dicegah dengan bahan pelumer atau
pelindung.
Pematrian banyak digunakan pada sambungan konstruksi yang
baikuntuk dipatri, namun tidak dapat dilas. Pematrian dapat dipertimbangkan
untuk diterapkan pada kondisi-kondisi di bawah ini.
a. Sebagai pengganti pengelasan pada konstruksi bahan yang
peka terhadap suhu pengelasan yang tinggi, yang dapat mengakibatkan kerugian
(merubah struktur bahan, menyebabkan pengerutan, pengoyakan, retak ataupun
pecah).
b. Untuk menyambung logam yang titik leburnya sangat
berbeda, misalnya baja dan kuningan, tembaga, logam keras.
c. Untuk menyambung benda kerja yang sangat kecil, sangat
tipis atau bentuknya istimewa dan tebalnya sangat berbeda.
d. Untuk pekerjaan perbaikan bagian yang sangat peka
terhadap panas, misalnya perkakas.
e. Untuk pengedapan (sambung-an wadah, retak-retak, dan
lain-lain).
Proses Terjadinya Ikatan Patri
Proses pengikatan di dalam pematrian hanya berlangsung pada
permukaan bahan dasar yang akan disambung. Prinsip dasar yang membedakan
pematrian dengan pengelasan ialah bidang pematrian dipanaskan, namun tidak
sampai meleleh. Proses terjadinya ikatan patri dapat dijelaskan pada bagan
berikut.
Bidang yang akan disambung (bidang pematrian) dipanaskan
Energi panas melelehkan patri, patri meleleh
dan menjaring bidang-bidang pematrian
Efek pori-pori (celah kapiler) bidang pematrian menyebabkan
patri
yang meleleh terhisap dan merambat masuk
ke dalam celah pematrian
Patri mengeras dan mengikat diri dengan bahan dasar
Gambar 9.3. Bagan proses terjadinya ikatan patri
Ikatan patri tersebut ditimbulkan oleh tiga proses fisika
yang secara terpisah atau bersama-sama memberikan pengaruhnya terhadap kekuatan
sambungan pematrian.
a. Adhesi (daya lekat) antara patri dan bahan dasar. Patri
melekat pada bahan dasar hanya karena daya lekat, akibatnya pada beban yang
kecil sambungan pematrian akan mudah terlepas satu dengan yang lainnya.
b. Difusi (saling menyusup). Partikel patri yang terhalus
menyusup ke dalam tata susun permukaan bahan dasar dan berakar (terjangkar) di
sekitar batas butiran kristal. Proses ini sangat menentukan pembentukan ikatan
patri yang kokoh. Kekuatan ikatan sama besar
dengan kekuatan patri.
c. Pembentukan leburan, proses pembentukan paduan antara
patri dan bahan tambah. Apabila selisih titik lebur patri dan bahan dasar tidak
terlalu jauh, maka dapat terjadi suatu paduan berlapis tipis di antara kedua
logam tersebut. Paduan yang terjadi memiliki kekuatan yang lebih besar daripada
kekuatan patri murni, namun pembentukan leburan ini tidak selalu
terjadi pada semua logam.
Adhesi Difusi Pembentukan Leburan
Gambar 9.4. Ikatan pada pematrian
Celah pematrian yang diselaraskan dengan baik dan sangat
sempit akan meningkatkan kekuatan sambungan. Pada celah pematrian yang sempit
hanya sedikit terdapat patri murni, sebagian besar patri telah melebur dan
meresap ke dalam bahan dasar. Oleh karena itu dapat dihasilkan ikatan dengan
kekuatan yang paling tinggi.
Gambar 9.5. Lapisan Suatu Ikatan Patri Normal
Prosedur dan Aturan Dasar Pada Pematrian
1. Menentukan Besar
Celah Sambungan
Sebagaimana kita ketahui, pematrian memanfaatkan prinsip
kapilaritas untuk menghisap dan merambatkan bahan patri cair ke dalam celah
pematrian. Besar celah sambungan sangat menentukan kekuatan ikatan patri. Oleh
karena itu, sebelum melakukan pematrian kita harus mengatur celah pematrian
yang tepat agar daya kapilaritas dapat bekerja dengan efektif.
Prinsip dasar : Celah pematrian hendaknya sempit. Patri
merambat ke dalam bidang pematrian memanfaatkan efek pori-pori (kapiler),
sehingga patri hanya dapat merambat pada bidang pematrian yang berdampingan
dekat sekali. Apabila celah terlalu renggang, tegangan pribadi (daya kohesi)
dari patri akan mencegah perambatan.
Grafik di bawah ini menunjukkan pengaruh dari variasi
besarnya celahm pematrian terhadap kekuatan regangan sambungan yang dihasilkan,
pada pematrian baja tahan karat (stainless steel).
Gambar 9.6. Grafik Pengaruh Besar Celah Pematrian Terhadap
Kekuatan Sambungan
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa kekuatan
sambungan terbesar (135,000 psi/930.8 MPa) diperoleh pada celah pematrian
0,0015" (0,038 mm.) Apabila celah pematrian yang terlalu sempit, patri
sulit merambat masuk ke celah sambungan sehingga kekuatan sambungan yang
dihasilkan berkurang. Apabila celah sambungan lebih lebar dari yang diperlukan,
kekuatan sambungan akan menurun dengan drastis hingga mencapai kekuatan yang
sama dengan kekuatan bahan patri itu sendiri.
Keterangan :
a. Lebar celah (S) yang benar. Patri (L) meleleh dan
merambat memenuhi segenap
celah. Bahan pelumer (F) mencegah pembentukan oksid (O).
b. Lebar celah yang terlalu besar, mengakibatkan patri tidak
dapat meresap.
c. Penyaluran patri pada celah pematrian yang tidak sama
besar. Celah tidak boleh
membesar pada arah aliran patri, hal ini dapat menghambat
perambatan patri.
Arah penyaluran yang benar adalah dari celah yang lebih
lebar ke arah celah
yang menyempit.
Lebar celah pematrian yang diperlukan untuk memperoleh
kekuatan sambungan bergan-tung pada jenis patri yang digunakan. Pada umumnya,
semakin encer patri maka celah pematrian harus semakin sempit. Patri dari jenis
tembaga dan perak yang encer menuntut celah yang lebih sempit daripada yang
dibutuhkan oleh patri kuningan dan patri lunak yang kental. Kecepatan
perambatan patri encer lebih besar daripada kecepatan perambatan patri kental.
Gambar 9.8. Perbandingan Celah Pematrian Berdasarkan
Kekentalan Patri
Faktor lain yang harus diperhatikan dalam menentukan besar
celah pematrian adalah pemuaian bahan logam yang akan dipatri. Proses pematrian
dilakukan pada suhu yang cukup tinggi, sehingga kita harus memperhatikan nilai
regangan/ pemuaian (sebagai contoh, perhatikan tabel COE’s coefficient of
thermal expansion) bahan logam yang akan dipatri. Hal ini terutama terjadi pada
pematrian dua bahan logam yang berbeda.
Contoh :
Pematrian antara bushing yang terbuat dari bahan kuningan
atau tembaga dengan poros yang terbuat dari baja. Konstruksi bushing berada di
bagian dalam, sedangkan baja berada di bagian luar (lihat gambar 9.9.a).
Pada saat dipanasi, kuningan ataupun tembaga akan memuai
lebih besar daripada baja, sehingga besar celah pematrian yang telah dipersiapkan
sebelumnya akan berubah menjadi lebih sempit. Untuk mengatasi hal tersebut maka
celah pematrian harus dibuat lebih lebar. Dalam kondisi ini, lapisan patri yang
liat harus menyeimbangkan regangan panas yang berbeda pada bahan dasar. Semakin
lebar celah, akan semakin kecil perubahan bentuk bahan patri yang diakibatkan
oleh selisih regangan.
Prinsip yang sama juga berlaku pada pematrian kuningan dan
baja dengan kondisi di bawah ini. Bagian luar komponen yang terbuat dari
kuningan akan dipari dengan bagian dalam komponen yang terbuat dari bahan baja
(Gambar 9.9.b).
Pada saat pematrian, kuningan akan memuai lebih besar dari
pada baja, sehingga celah pematrian akan melebar. Untuk mengantisipasi hal ini,
maka pada saat persiapan celah pematrian harus dibuat lebih sempit .
a.
b.
Gambar 9.9. Pengaturan Celah Pematrian Komponen yang
Koefisien Muainya Sangat Berbeda
Bidang Patrian Harus Bersih
Patri merambat lebih baik pada bidang patrian yang
mengkilap. Hal ini dikarenakan daya kapilaritas hanya akan bekerja dengan baik
pada permukaan bidang patrian yang bersih. Kondisi kotor pada bidang patrian
yang kecil sekalipun seperti cat warna, karat, gemuk, kotoran, keringat tangan
maupun kotoran oksid akan menghalangi ikatan patri dengan bahan dasar.
Kondisi tersebut akan terlihat pada munculnya gelembung
patri pada keadaan cair. Oleh karenanya benda kerja harus dibersihkan terlebih
dahulu sebelum dilakukan pematrian. Permukaan benda kerja yang berminyak akan
mengangkat flux, sehingga logam dasar tidak terlapisi flux dan teroksidasi pada
saat dipanaskan. Minyak dan gemuk akan
terkarbonisasi pada saat dipanaskan, dan membentuk lapisan
minyak sehingga menghalangi aliran patri cair. Langkah-langkah yang dapat
ditempuh untuk membersihkan benda kerja adalah :
a. Menghilangkan minyak dan gemuk yang menempel pada
permukaan benda kerja menggunakan pelarut minyak (degreasing solvent), uap atau
larutan pembersih alkali.
b. Menghilangkan lapisan oksida atau kerak secara mekanis
atau kimia.
Proses mekanis dapat ditempuh dengan menggunakan metode
abrasif (menggunakan amplas, kikir, atau gerinda), yang dilanjutkan dengan
mencuci benda kerja.
Proses kimia dapat dilakukan menggunakan larutan asam (acid
pickle treatment). Pastikan bahwa zat kimia yang digunakan sesuai dengan bahan
dan jenis benda kerja yang dibersihkan, dan setelah proses pembersihan pastikan
bahwa tidak ada sisa larutan yang tertinggal pada benda kerja. Tabel larutan
asam kimia (pickling solution chart) akan memudahkan kita memilih jenis larutan
asam yang sesuai dengan benda kerja yang akan dibersihkan. Segera setelah
pengilapan, oleskan bahan kimia (bahan pelumer) pada permukaan benda kerja
untuk mengantisipasi oksida terbentuk kembali oleh zat asam (oksigen dalam
udara). Dapat pula dilakukan pencegahan dengan sesegera mungkin melakukan
pematrian atau melakukan pematrian di bawah gas pelindung.
3. Memberikan bahan pelumer pada benda kerja sebelum
pengerjaan pematrian (untuk pematrian pada udara terbuka), atau melakukan
pematrian di bawah gas pelindung.
Bahan pelumer (flux) merupakan senyawa kimia yang digunakan
untuk melapisi permukaan sambungan benda kerja sebelum pematrian. Bahan pelumer
sangat diperlukan dalam pekerjaan pematrian. Proses pemanasan benda kerja
meningkatkan pembentukan oksida yang dihasilkan oleh reaksi kimia antara benda
kerja yang dipanaskan dengan kadar oksigen yang terkandung dalam udara bebas.
Oksida yang terbentuk akan menghambat perambatan patri cair, sehingga harus
dilakukan pencegahan. Lapisan bahan pelumer pada permukaan benda kerja akan
melindungi kontak benda kerja dengan udara luar, mencegah dan menyerap
timbulnya oksidasi yang terjadi selama proses pemanasan, melarutkan selaput
oksida yang selalu ada pada permukaan bahan dasar dan patri secara kimiawi,
mengubahnya menjadi terak cair selama pematrian.
Proses kerja bahan pelumer adalah sebagai berikut. Sewaktu
proses pematrian berlangsung, bahan pelumer mendesak udara keluar dari celah
pematrian, dan menggiring patri cair yang mengalir ke dalam bidang pematrian
yang secara kimia telah bersih. Disamping itu, bahan pelumer juga mengurangi
tegangan permukaan sehingga patri
cair mudah merambat.
Gambar 9.10. Proses Kerja Bahan Pelumer Pada Pekerjaan
Pematrian
Selain sebagai pelindung benda kerja dari oksidasi, kondisi
bahan pelumer juga dapat dijadikan indikator pemantau temperatur pematrian
untuk mencegah benda kerja dari pemanasan yang berlebihan (mencegah overheating
.
Temperatur Kondisi Bahan Pelumer
212°F (100°C) Bahan pelumer terlihat seperti air mendidih.
600°F (315° C) Bahan pelumer berubah warna menjadi putih,
sedikit mengembang dan mulai stabil.
800°F (425°C) Bahan pelumer terlihat merata pada permukaan
benda kerja dan berwarna putih susu.
1100°F (593°C) Bahan pelumer berubah warna menjadi bening
seperti air. Permukaan benda kerja jelas terlihat. Periksa temperatur dengan
menyentuhkan patri ke permukaan benda kerja. Apabila patri langsung meleleh,
hal ini menunjukkan bahwa temperatur pematrian telah tercapai.
Bahan pelumer pada umumnya hanya disalurkan sebelum proses
pematrian, tetapi terdapat beberapa proses pematrian yang memungkinkan
dilakukannya penambahan bahan pelumer sewaktu proses pematrian berlangsung.
Menurut wujudnya, terdapat bahan pelumer cair, butiran,
pasta, dan gas. Beberapa Bahan pelumer dicampur dengan patri atau terbungkus
dalam patri yang berbentuk pipa sehingga waktu pematrian dapat lebih singkat.
Pematrian di bawah gas pelindung atau di dalam ruang hampa tidak memerlukan
bahan pelumer.
Menurut susunan kimianya, tersedia banyak macam bahan
pelumer yang terdapat di pasaran. Misalnya bahan pelumer serbaguna untuk
pematrian lunak logam berat seperti senyawa Zn Chlorid atau Zn-
Ammoniumchlorid, bahan pelumer untuk bahan yang peka terhadap oksidasi, bahan
pelumer untuk periode pemanasan yang lama, dan bahan pelumer untuk mesin patri
otomatis.
Pemilihan bahan pelumer ini harus disesuaikan dengan bahan
dasar atau metode pematrian, disesuaikan dengan standar atau petunjuk yang ada.
4 .Pematrian dalam Perlindung-an Gas
Secara prinsip, kontak antara permukaan benda kerja dengan
oksigen
pada pekerjaan pematrian akan menimbulkan oksidasi. Selain
menggunakan bahan pelumer, oksidasi dapat dihindarkan dengan cara melakukan
pematrian di dalam ruangan vakum atau dalam ruangan yang dilindungi gas.
Metode ini digunakan pada pematrian keras. Gas pelindung
yang dapat digunakan diantaranya adalah : nitrogen, hidrogen atau dissociated
ammonia. Metode pematrian ini biasanya dilakukan
secara utuh di dalam tungku pembakaran dengan atmosfer yang
dikontrol atau dalam tungku pembakaran vakum. Tanpa adanya kontak antara benda
kerja dengan oksigen, proses oksidasi dapat dihindarkan dan dihasilkan
sambungan pematrian yang bersih dan
bagus. Penggunaan gas pelindung juga meniadakan proses
pembersihan benda kerja setelah pematrian.
Karena kelebihan-kelebihan tersebut, pematrian mengguna-kan
gas
pelindung menjadi daya tarik tersendiri bagi industri yang
memperhatikan kualitas produk dan keberlangsungan industri
yang
berkelanjutan.
5 . Mengatur Suhu Pematrian
Suhu pematrian sangat berpengaruh terhadap kualitas
sambungan pematrian yang dilakukan. Apabila suhu pematrian terlalu rendah,
patri tidak meleleh sempurna sehingga patri membentuk butiran dan tidak dapat
merambat. Sebaliknya apabila suhu pematrian terlalu tinggi, maka patri akan
menguap.
Suhu terendah pada bidang pematrian yang masih memungkinkan
pelelehan, penjaringan, perambatan dan pengikatan patri cair disebut sebagai
suhu kerja (dalam gambar di bawah ini disimbulkan dengan AT). Suhu kerja
pematrian harus berada di bawah titik lebur bahan dasar.
Gambar 9.13. Tahap Lebur Patri
Keterangan :
1 = Padat,
2 = Membubur (daerah peleburan),
3 = Cair (daerah suhu kerja AT).
So = Titik padat (solidus)
Li = Titik cair (liquidus)
Bagian terbesar patri tidak memiliki titik lebur yang pasti,
melainkan cair di dalam suatu daerah suhu tertentu, yaitu di antara titik So
dan titik Li. Rentang daerah antara titik So dan titik Li disebut daerah lebur.
Setiap jenis patri mempunyai daerah lebur yang berbeda-beda. Pada titik So, patri
mulai beralih dari wujud padat ke wujud lebur. Di dalam daerah lebur, patri
sudah melebur namun belum seluruhnya, sehingga masih terdapat terdapat butiran
kristal yang masih padat. Titik Li menunjukkan suhu peralihan wujud patri
secara keseluruhan menjadi cair. Suhu kerja pematrian yang paling baik berada
di sekitar titik Li, dimana patri berada dalam keadaan cair seluruhnya.
6 . Membersihkan Sambungan Hasil Pematrian
Sambungan hasil pematrian harus dibersihkan setelah
pengerjaan pematrian selesai. Proses pembersihan sambungan pada umumnya terdiri
atas dua langkah, yaitu :
(a) membersihkan
sisa-sisa bahan pelumer,
(b) membersihkan benda kerja dari terak oksida yang
terbentuk selama proses pematrian.
Pembersihan sisa-sisa bahan pelumer merupakan pekerjaan yang
sederhana, namun penting untuk dilakukan. Sisa bahan pelumer bersifat korosif
dan dapat mengurangi kekuatan sambungan apabila tidak dibersihkan dari
permukaan benda kerja. Kebanyakan bahan pelumer mudah larut dalam air, maka
pembersihan sisa bahan pelumer dapat dilakukan dengan cara merendam benda kerja
dalam air hangat (120°F/50°C atau lebih). Cara yang terbaik adalah melakukan
pembersihan saat benda kerja tersebut masih panas,
namun pastikan bahwa sambungan patri telah mengeras
sepenuhnya sebelum dicelupkan ke dalam air. Sisa-sisa bahan pelumer akan
mengelupas pada saat benda kerja direndam dalam air, dan pembersihan dapat
dipercepat dengan bantuan sikat kawat. Pembersihan sisa bahan pelumer akan
menemui kesulitan apabila proses pematrian mengalami overheat, sehingga sisa
bahan pelumer jenuh dengan oksidasi. Biasanya pada kondisi demikian sisa bahan
pelumer berubah warna menjadi hijau atau kehitaman. Satu-satunya cara yang
dapat dilakukan untuk membersihkan sisa bahan pelumer pada kondisi ini adalah
dengan bantuan zat kimia. Senyawa hydrochloric acid 25% yang dipanaskan hingga
temperatur 140 –M160°F (60 – 70°C) biasanya dapat digunakan untuk
membersihkanMsisa-sisa bahan pelumer yang membandel. Benda kerja direndam dalam
larutan selama 30 detik - 2 menit. Tidak perlu disikat, sisa bahan pelumer akan
mengelupas dengan sendirinya.
Perhatian :NZat kimia ini sangat keras, oleh karena itu
dianjurkan memakai masker wajah dan sarung tangan saat mencelupkan benda kerja
ke dalam larutan. Setelah benda kerja bersih dari sisa bahan pelumer, gunakan
solusi kimiawi untuk menghilangkan oksida yang tertinggal pada permukaan benda
kerja yang tidak terlindungi bahan pelumer saat proses pematrian. Patuhi
petunjuk dari pabrik pembuat bahan patri yang digunakan. Benda kerja yang telah
dibersihkan dari sisa bahan pelumer dan oksida tidak memerlukan pengerjaan
lanjut dan benda kerja siap digunakan. Amplas halus juga dapat digunakan untuk
mengkilapkan sambungan. Jika benda kerja akan disimpan dalam jangka waktu yang
cukup lama, olesi benda kerja dengan minyak atau pelapis anti karat.
Klasifikasi Pematrian Secara Umum
Teknik pematrian dikelom-pokkan menurut suhu lebur dan
kekuatan patri, bentuk sambungan pematrian, metode dan sumber panas yang
digunakan.
1. Berdasarkan suhu lebur dan kekuatan patri, pematrian
dibedakan menjadi dua, yaitu pematrian lunak dan pematrian keras. Pematrian
lunak. Titik lebur patri lunak di bawah 450oC (840oF). Pada umumnya kekuatan
patri lebih rendah daripada kekuatan bahan dasar.
Pematrian keras. Titik lebur patri keras di atas 450oC
(840oF). Kadang-kadang kekuatan patri sedikit lebih rendah, namun seringkali
lebih tinggi daripada kekuatan bahan dasar.
2. Berdasarkan bentuk tempat sambungan, pematrian dibedakan
menjadi dua, yaitu : (a) pematrian celah, dan (b) pematrian
sambungan.
Pematrian celah. Bidang patrian terletak sejajar satu diatas
yang lainnya atau berdampingan dengan celah sempit (0,03 s/d 0,25 mm). Efek
pori-pori celah sambungan akan menghisap patri yang dilelehkan sehingga terjadi
proses penyambungan. Apabila perambatan patri terjadi dengan baik maka akan
diperoleh suatu kekuatan sambungan
yang tinggi.
Terdapat 3 macam sambungan yang dapat diterapkan pada
pematrian celah, yaitu : (a) sambungan ujung (butt joint), (b) sambungan
tumpang (lap joint), dan sambungan kombinasi ujungtumpang (butt-lap joint).
Pada pematrian celah, semua permukaan sambungan harus
dipanaskan secara merata sesuai suhu yang diperlukan. Pematrian celah dapat
diterapkan baik pada pematrian lunak maupun keras.
Gambar 9.14. Pematrian Celah
Pematrian sambungan. Bagian sambungan disiapkan dengan
bentuk I, V, atau X. cara pematrian mirip dengan pengelasan leleh, patri
dibubuhkan sedikit demi sedikit hingga sambungan terpenuhi seluruhnya.
Pematrian sambungan hanya diterapkan pada pematrian keras.
Gambar 9.15. Pematrian Sambungan
3. Berdasarkan metode dan sumber panas, pematrian dibedakan
sebagai berikut.
Pematrian dengan Tuas Patri.
Merupakan pematrian dengan patri yang diletakkan, atau
pematrian bidang yang disepuh awal dengan seng, tuas patri dijalankan dengan
tangan atau mesin. Metode pematrian ini memerlukan bahan pelumer, dan cocok
diterapkan pada pematrian lunak. Keuntungan metode ini adalah daerah pemanasan
kecil, sehingga pengerutan benda kerja akibat panas menjadi sangat kecil.
Gambar 9.16. Pematrian dengan Tuas Patri
Pematrian dengan Api.
Pematrian menggunakan alat pembakar yang digerakkan dengan
tangan (pembakar patri, brander las dengan api lunak). Pada umumnya pada
pematrian ini dibutuhkan bahan pelumer. Metode pematrian dengan api dapat
diterapkan pada pematrian lunak maupun keras.
Gambar 9.17. Pematrian dengan Api
Pematrian Tungku.
Merupakan pematrian yang dilakukan di dalam tungku tahapan,
tungku menerus atau tungku rendam yang dipanaskan dengan gas atau listrik.
Benda kerja dibubuhi bahan pelumer dan patri, kemudian dimasukkan ke tungku
untuk dipanaskan hingga solder meleleh. Pematrian tungku diterapkan pada pematrian
keras.
Pematrian Tungku di bawah Gas Terlindung.
Metode ini banyak diterapkan pada pengerjaan beruntun. Benda
kerja yang dibubuhi patri dipanaskan di dalam tungku yang dipenuhi gas
pelindung. Gas pelindung berfungsi mencegah terjadinya proses oksidasi pada
bagian yang dipatri. Dengan demikian pada pematrian ini tidak lagi diperlukan
bahan pelumer.
Pematrian Baja Metode Kumparan Induksi di dalam Ruang
Pemanas dengan Gas Argon
Gambar 9.18.a. Pematrian Tungku di Bawah Gas Pelindung
Pematrian Keras pada Ruang Vakum dari Stainless Steel
Gambar 9.18.b. Pematrian Tungku di Bawah Gas Pelindung
Pematrian Tahanan.
Merupakan metode pematrian dengan memanfaatkan energi panas
yang dihasilkan dari tahanan listrik. Metode ini diterapkan pada pematrian
lunak dan keras, misalnya pematrian tumpu kawat telanjang, pelat tipis dan
pipa.
Gambar 9.19. Pematrian Tahanan
Pematrian Selam.
Merupakan metode pematrian dengan cara menyelamkan benda
kerja yang telah dibubuhi bahan pelumer ke dalam suatu patri cair. Keuntungan
pematrian selam adalah benda kerja dapat diberikan pemanasan terlebih dahulu
sebelum penyelaman. Metode ini dapat digunakan pada beberapa pengerjaan secara
serentak, misalnya pada pematrian ujung kumparan segmen kolektor. Pematrian
selam dapat diterapkan pada pematrian lunak maupun keras.
Pematrian Rendaman Garam.
Merupakan metode pematrian benda kerja di dalam suatu
kubangan garam cair yang dipanaskan dengan energi gas, minyak ataupun listrik.
Garam cair juga dapat berfungsi sebagai pelindung oksidasi, sehingga pada
pematrian ini tidak diperlukan lagi bahan pelumer. Metode ini dapat diterapkan
untuk pematrian serentak, pematrian pada bagian yang sulit dijangkau, dan untuk
pengerjaan beruntun.
Pematrian Imbas (Induksi).
Merupakan pematrian
dengan arus frekuensi menengah atau tinggi yang diimbaskan. Penghantar yang
mengalirkan arus pengimbas tidak menyentuh benda kerja, benda kerja dipanaskan
oleh arus pusar yang diimbaskan.
Gambar 9.20. Pematrian Imbas
Patri dimasukkan dalam jumlah dan bentuk tertentu (selaput,
kawat, atau solder tabur). Pemanasan berlangsung sangat cepat dan terbatas pada
daerah pematrian yang dikehendaki. Metode ini diterapkan pada pengerjaan
beruntun bagian-bagian tipis dari bahan baja atau paduan yang mengandung nikel.
Pematrian Sepuh.
Merupakan pematrian dengan metode galvanis, mekanis atau
kimia. Patri berupa lapisan tipis (0,003 – 0,02 mm) diletakkan di atas benda
kerja yang telah diolesi bahan pelumer, atau dapat pula disemprotkan sesaat
sebelum pematrian. Metode ini mampu menghemat waktu terutama pada pengerjaan
beruntun.
Pada proses produksi barang-barang secara massal, digunakan
mesin patri otomatis yang dapat melakukan pekerjaan beruntun secara terus
menerus, mulai dari tahap awal pematrian sampai pengambilan kembali
bagian-bagian yang telah selesai dipatri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar